PUISI
apakah yang kau pikirkan saat kita bersama yang lain menatap purnama di sela-sela mega ----- aku tak dapat mewakilkan perasaanku pada bintang, angin atau perlambang yang lain ----- ah... mengapa awan tak juga beranjak ----- Saya tak bisa mengingat puisi tersebut secara utuh. Dan saya pun tak menemukan surat yang berisikan puisi tersebut di antara tumpukan surat2 milik almarhumah istri saya. Tapi saya tetap mengingat puisi tersebut, yang entah bagaimana bisa begitu menghanyutkan perasaan almarhumah saat itu hingga sudi menerima saya. Dan setelah kepergiannya kemudian saya sesali. Mengapa kamu jatuh cinta, Sayang? Benarkah engkau bahagia sebagaimana pengakuanmu tiap kali kutanya? Dengan segala beban hidup kita dalam kemiskinan? Terutama dirimu yang mengandung buah hati kita, yang pada akhirnya tak juga dapat terselamatkan. Ah, kau Puisi... Benarkah engkau yang berbisa?