tag:blogger.com,1999:blog-79322375816450771972024-03-13T08:51:20.652+07:00ya, ini aku...Blog Irfan FauziIrfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-62665724367550289692009-04-08T16:11:00.003+07:002009-04-08T17:03:17.925+07:00RAMALAN INFOTAINMENTButuh waktu satu tahun bagi saya untuk membuktikan kebohongan seseorang yang "katanya peramal hebat".<br />"Sang Peramal" ini tampil di televisi swasta awal tahun 2008. Saat itu ia begitu dipuja karena ramalannya tentang bencana di Nusantara di tahun 2007 dinilai sangat tepat.<br />Oke, maka "Sang Peramal" seolah "menjanjikan" bahwa Gunung Merapi kalo di tahun sebelumnya tidak jadi meletus, maka di 2008 ini akan meletus dan dijamin menjadi salah satu bencana terbesar di negeri ini.<br />Tahun 2008 pun berlalu, ternyata Gunung Merapi "tetap sejuk" di bawah pengawasan Mbah Marijan.<br /><br />Yang menyebalkan hati, stasiun tv yang sama kembali mengundang Sang Peramal di awal 2009 dan kembali meminta ramalannya dengan mengabaikan "kesalahramalannya" di tahun sebelumnya. Pengen saya teriak "Dasar tak tahu malu!!"<br />Tapi kenyataannya saya cuma bisa berkata pada diri sendiri, "ah, lagi-lagi infotainment. Siapa yang bisa mempertanggungjawabkan kebenaran corong media penuh gosip ini"<br /><br />Beberapa minggu yang lewat "Sang Peramal" muncul untuk mengomentari kekuatan magis Ponari dan Batu Ajaibnya.<br />Saya segera saja menekan remote untuk beralih ke channel lain.<br />Tapi tetap saja ramalan "Sang Peramal" ini bisa saya dengarkan secara utuh. Sebab yang menayangkan ramalan tersebut bukan hanya satu stasiun tv saja.<br />Sembari menahan dongkol, saya menyabarkan diri dengan kalimat. "ah, lagi-lagi infotainment".<br /><br />Beberapa hari yang lewat masih juga saya dengar ramalannya. Kali ini tentang artis.<br />Padahal semenjak saya duduk di bangku sekolah dasar saja saya udah sering dengar kalo artis banyak yang kawin cerai. Ngapain juga gosip basi gituan dijadiin bahan ramalan ama dia?<br />"ah, lagi-lagi infotainment".<br /><br />Kebanyakan kita memang senang diramal atau menyenangi ramalan.<br />Meskipun kita tidak gampang percaya, tetap saja kolom ramalan di koran dibaca oleh banyak orang, dan ramalan di tv atau di radio disimak oleh banyak pemirsa.<br />Saya ingat saat kuliah seorang adik tingkat berkata pada saya, "Sialan. Hebat juga cara abang. Pura-pura ngeramal, padahal niatnya cuma pengen pegang tangan cewek tadi"<br />Saya cuma cengengesan.<br /><br />Tidak seorang pun yang tahu kejadian di masa depan.<br />Peramal hanya mencoba mencari keuntungan dengan memanfaatkan sifat kita yang selalu penasaran dengan segala yang berbau misteri.<br />Sialnya, seringkali kita tidak sadar bahwa para peramal hanya memberikan fakta umum yang memang sudah merupakan sunnatullah.<br />Itu sebabnya ramalan mengenai meletusnya gunung Merapi merupakan kesalahan fatal "Sang Peramal". Itu terlalu spesifik. Boleh jadi dia terlalu sesumbar dengan kemampuannya yang bisa menebak beberapa kejadian di tahun 2006 dan 2007.<br /><br />Berikut ini adalah contoh yang terlihat seperti ramalan, padahal bukan sama sekali:<br /><span style="font-style:italic;">Anda akan sukses 5 tahun lagi. Saat itu anda akan mempunyai sebuah rumah besar dengan 2 buah mobil mengisi garasi. Tapi itu akan anda dapatkan bila anda bekerja lebih keras dan memilih sarana investasi yang tepat.</span><br /><br />Mari kita bahas:<br />Jika dalam 5 tahun Anda belum juga sukses dan protes pada peramal, maka peramal cukup mengatakan bahwa Anda kurang bekerja keras atau belum menginvestasikan uang pada sarana yang tepat.<br />Beres kan?<br /><br />So, Anda pun bisa menjadi peramal.<br />Pegang tangan seseorang, lihat telapak tangannya. Bila terlihat garis-garis tangannya tampak tercetak sangat jelas katakan bahwa ia orang yang sangat teguh pendirian dan niscaya menjadi orang yang sukses. Sebaliknya bila garis tangannya tampak menyebar katakan bahwa ia butuh usaha lebih besar untuk mencapai kesuksesan.<br />Yakinlah, semua itu hanya dusta.<br />Bila ada yang memuji ketepatan ramalan Anda, itu hanya kebetulan belaka.<br /><br />Yang bisa saya ingatkan adalah agar kita berhati-hati.<br />Sebuah hadist menyatakan bahwa "bila seseorang mendatangi tukang ramal dan mempercayai apa yang ia katakan, maka tidak diterima sholatnya selama 40 hari".<br /><br />Hari ini kita mendatangi "Tukang Ramal" bukan dengan berjalan kaki atau menaiki kendaraan menuju rumahnya. Akan tetapi hari ini kita mendatangi Tukang Ramal dengan cara menonton ramalannya (yang jelas omong kosong) di televisi.<br />Alangkah baiknya agar iman kita tetap terjaga segera beralih ke saluran lain, atau anda ludahi saja wajahnya. Meskipun untuk hal yang kedua anda terpaksa mengambil kain lap untuk membersihkan monitor tv anda. He he he....Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com65tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-87084334335646437722009-02-26T11:46:00.006+07:002009-02-26T14:23:11.738+07:00Pengalaman Ke Hongkong dan Shenzhen (Bagian 2 - tamat)Mungkin sambungan cerita <a href="http://irfanfauzi.blogspot.com/2008/07/pengalaman-ke-hongkong-dan-shenzhen.html">Pengalaman Ke Hongkong dan Shenzhen</a> udah basi karena sudah sangat usang, bahkan sempat pula diselingi postingan lain. Tapi rasanya seperti hutang yang belum terbayar, sehingga mau tidak mau harus saya posting juga.<br /><br />Agar tidak terlalu basi, berikut ini saya hanya akan menceritakan sejumlah tips dari pengalaman saya saat pesiar ke negeri Jackie Chan tersebut.<br /><br />Oke, ini dia tips kalo jalan2 ke Hongkong dan Shenzhen:<br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;font-size:130%;" >1. Bijak membawa uang</span><br /><dir>Kalo Anda punya kartu ATM sebaiknya tidak perlu menukar uang terlalu banyak di Money Changer Indonesia. Mengapa?<br />Mesin ATM banyak kok, di luar negeri. Anda bisa memanfaatkannya.<br />Kena charge? Tentu! Tapi yakinlah pasti lebih murah.<br /><br />Pengalaman saya make kartu ATM Mandiri kena charge Rp.75.000,- untuk satu kali penarikan dengan harga Rp.1.100,- per Dolar Hongkong.<br />Padahal di Pekanbaru harga 1 Dolar Hongkong Rp.1.250,-<br />Dan saya dengar dari teman di Jakarta saat itu 1 Dolar Hongkong dihargai Rp.1.200,-<br />Artinya terdapat selisih harga minimal Rp.100,- per dolar hongkong.<br />Bila Anda menukar 3000 Dolar maka akan terdapat selisih Rp.300.000,-<br />Rp.300.000,- dikurang Rp.75.000,- bersisa Rp.225.000,-<br />Lumayan kan? Bahkan memperkecil resiko kehilangan.<br /><br />Saat di Hongkong dan Shenzhen saya menghabiskan 5.500 Dolar Hongkong.<br />Oh, ya. Dolar Hongkong bisa dipakai juga di Shenzhen. Tapi terdapat selisih nilai. Ini tergantung anda apakah tetap memakai Dolar Hongkong saat di Shenzhen atau mengambil Yuan lewat ATM tapi kembali kena charge.<br /><br />Jangan pula menukar rupiah di money changer luar negeri. Harganya mencekik leher. Saat saya mencobanya, ternyata 1 Dolar Hongkong seharga Rp.1.600,-<br />Benar2 deh.<br /><br />Anda boleh memakai jasa money changer di sana bila tujuannya untuk menukar Dolar Amerika menjadi Dolar Hongkong.<br />Informasi tambahan, ada toko-toko tertentu yang bersedia bertransaksi dengan Dolar Amerika.</dir><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 102, 0);font-size:130%;" >2. Bijak berbelanja</span><br /><dir>Kesalahan saya saat itu adalah terlalu tergesa-gesa berbelanja.<br />Bila kita ikut paket wisata melalui biro perjalanan, maka ada rute wajib yang harus mereka kunjungi. Tahan keinginan belanja anda di titik-titik awal. Sebab harganya masih terlalu mahal. Anda akan menyesal bila terlalu awal belanja, karena akhir rute adalah pusat belanja murah.<br />Ini mengulangi pengalaman saya saat di Bali dimana akhir kunjungan adalah ke Pasar Sukawati, padahal saya keburu banyak belanja di tempat lain dengan selisih harga cukup besar.<br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Hati-hati belanja di Shenzhen</span><br />Saya kurang memperhatikan pesan dari tour guide kami yang menyarankan untuk berhati-hati bila belanja di Shenzhen. Akibatnya saya kehilangan 300 Dolar Hongkong demi untuk membeli memori card XD 2 GB(untuk kamera Olympus) dan Flash Disk 32 GB. Kedua barang tersebut palsu. Yang bikin heran saat dites kelihatan berfungsi.<br />Contohnya XD card. Saya masukkan ke kamera terbaca 2 GB. Setelah 7 kali jepret foto, langsung full. Begitu diformat baru keliatan belangnya. Ternyata cuma 64 MB. Busyet dah. Mungkin mereka membenamkan semacam aplikasi ke dalam XD card tersebut untuk mengecoh kamera Olympus. Begitu diformat, aplikasinya ikut raib dan keliatan aslinya.<br />Demikian pula flash disk yang terbaca di notebook 32 GB. Tapi setelah dicabut dan dicoba ke notebook lain semua data yang saya simpan di flash disk tersebut raib.<br />Flash disk tersebut juga mengecoh notebook saya. Sialan...!!!!!<br /><br />Kalo anda sangat menginginkan oleh-oleh dari Shenzhen, pilihlah produk tas.<br />Ini sangat direkomendasikan. Mutu tas produksi Shenzhen sangat baik. Harganya pun sangat murah jika anda ngotot menawar.<br /><br />Jangan takut menawar di Shenzhen. Di sini mirip Glodok atau Mangga Dua. Mungkin mereka memasang tampang sangar atau malah marah-marah saat anda mulai menawar 20% dari harga yang mereka tawarkan. Biasa, itu cuma akting. Mereka mencoba mengambil kesempatan dari Orang Indonesia yang terkenal suka belanja dan jarang menawar. Umumnya mereka ngasih harga juga sangat jauh. Ujung-ujungnya harganya berada di kisaran 30% sampai 40%.<br />Boleh jadi Anda akan terkejut bila berada di dekat turis negara lain, yang meskipun sudah dikasi harga murah namun masih menawar gila-gilaan.</dir><br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;font-size:130%;" >3. Bijak memakai fasilitas TV Kabel</span><br /><dir>Tayangan mesum begitu mudah di dapat di kamar hotel anda. Tapi ini berbayar. Anda boleh melihat cuplikannya secara gratis. Tapi begitu anda tekan oke, maka tagihannya akan muncul di bill hotel. Alhamdulillah, saya sangat memahami hal ini sehingga tidak tergiur untuk menekan oke. Saya dan teman sekamar hanya menikmati seluruh cuplikan yang lumayan panjang secara gratis.<br />Berbeda dengan sebagian kecil rombongan yang lain, yang di pagi hari membuat kehebohan saat mereka menolak membayar tambahan biaya karena telah menonton film-film tersebut secara full.</dir><br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;font-size:130%;" >4. Bawalah kompas</span><br /><dir>Bukan surat kabar kompas loh, melainkan kompas penunjuk arah.<br />Anda pernah melihat jamaah sholat yang saling berhadapan?<br />Ini kami alami di Hongkong saat kami berbeda pendapat mengenai arah kiblat. Kami bertanya ke orang-orang sekitar, namun jawaban mereka berbeda-beda mengenai mana Barat dan mana Timur. Ada 3 versi.<br />Dan terjadilah saling berhadapan tersebut, yaitu saat satu jamaah memasuki rakaat ke 2, serombongan yang lain ternyata mendapatkan kompas dan sholat ke arah berlawanan di depan jamaah yang lebih dahulu sholat. Yup, kedua jamaah saling berhadapan.</dir><br /><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;font-size:130%;" >5. Bijak mengendalikan syahwat</span><br /><dir>Di shenzhen sangat mudah mendapatkan layanan mesum. Begitu saya dan beberapa teman keluar hotel dengan niat jalan-jalan, sejumlah mucikari menghampiri kami membawa foto para wanita penjaja kenikmatan. Wow.....<br />Beruntung tour guide berada tak jauh dari kami dan mengingatkan bahwa di Shenzhen memang sangat mudah untuk 'gituan'.<br />"Jangan pake mereka Pak. Itu kelas murahan yang rawan penyakit. Kalo Bapak-bapak memang mau, pake kenalan saya aja. Dijamin bersih", demikian promosi tour guide. Tapi kami tidak menanggapi. "Ah, masih bisa tahan kok", kilah teman saya.</dir><span style="color: rgb(0, 102, 0); font-weight: bold;font-size:130%;" ><br />6. Jangan mau sembarangan difoto</span><br /><dir>Tukang foto sangat banyak berkeliaran. Biasanya selalu ada satu orang tukang foto yang akan ikut ke dalam bus yang kita tumpangi. Usahakan selalu menghindari tukang foto ginian. Bahkan jangan pula mau saat ia mencoba ramah dengan menawarkan diri mengambil foto dengan kamera anda. Sebab ia berusaha mencuri kesempatan untuk memotret anda dengan kamera miliknya.<br />Bila Anda terlanjur difoto, nantinya Anda akan sangat sulit menolak saat ia menawarkan piring dengan gambar wajah Anda telah tercetak di bagian dasarnya. Piring dengan foto wajah Anda ini ditawarkan seharga 250 dolar. Juga ada foto berbingkai kertas seharga 100 dolar.<br />Mau dibeli, sangat mahal. Tak dibeli, rasanya' tak enak hati'. Tapi jika anda terlanjur menghadapi kondisi demikian, usahakan bisa negosiasi di belakang bus. Tawarkan harga yang pantas. Misalnya 70 dolar untuk kedua produk tersebut (piring dengan foto dan foto berbingkai kertas). Dengan demikian anda tidak perlu merasa 'tak enak hati' dan kedua barang tersebut bisa dibawa pulang untuk menghiasi ruang tamu rumah anda.</dir><br />Oke, itu 5 tips dari saya, semoga berguna buat Anda.<br />Perlu saya ingatkan, bahwa kondisi di atas kondisi di akhir tahun 2007.<br />Siapa tau, sekarang kondisinya jauh berbeda sehingga semua tips saya juga basi.Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-84474253836201009442009-02-08T13:00:00.000+07:002009-02-10T17:19:16.990+07:00Elegi Tiga SahabatKamis pagi 5 Februari 2009 ponselku berdering;<br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Halo, ini dengan Muhammad Irfan Fauzi?"</span>, demikian suara di seberang sana.<br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Ya"</span>, jawabku.<span style="color: rgb(255, 102, 0);"> </span><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Dengan siapa ya?"</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Ini dari Mabes Polri, nama Anda ada dalam database kami sebagai pelaku tindak kriminal"</span><span style="color: rgb(0, 0, 153);">. </span>Kemudian terdengar tawa tertahan.<br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Apa kabarmu Fan? Udah punya istri?"</span><br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Udah!"</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Udah punya anak?"</span><br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Udah!"</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Anak berapa?"</span><br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Satu, mau dua!"</span><br />Saat aku mengucapkan 'mau dua' suara di seberang sana bertanya, <span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Istri berapa?"</span> sehingga seolah-olah jawaban 'mau dua' sebagai jawaban "Istri berapa?"<br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Apa??? Istrimu dua??"</span><br />(Aamiin... balasku dalam hati. Siapa sih nih orang rese banget?)<br />Akhirnya tuh orang menyebutkan juga identitasnya. Zefri.<br /><br />Zefri Syahputra.<br />Teman sekelas saat SMP dan lain kelas saat SMA.<br /><br />Dia mengaku mendapatkan nomor ponselku dari adikku yang bekerja di rumah sakit.<br />Kami pun bercerita banyak mengenang kembali masa lalu.<br />Aku terharu mendengar gitar yang kujual padanya masih terawat dengan sangat baik.<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Fan, udah dulu ya. Nanti ku telpon lagi. Aku sedang sakit nih, mau pasang infus dulu"</span><br />5 menit kemudian aku mendapatkan sms berisi alamat rumah dan email. Aku pun membalas sms tersebut dengan alamat rumah, email dan url blog.<br /><br />Sempat terpikir untuk menelpon adikku untuk bertanya apa sakit yang diidap Zefri. Tapi kuurungkan.<br /><br />Keesokan hari aku sengaja membuka email dan melihat blog, berharap Zefri mengirim email atau mengisi shoutbox yang kupajang di blog ini.<br />Tidak ada.<br />Dan aku terlalu malas untuk lebih dulu menuliskan email, sebab aku masih merangkai-rangkai bahan yang ingin kuceritakan setelah sekian lama kami tak pernah bersua.<br /><br />Sabtu pagi 7 Februari 2009 ponselku berdering saat aku mengendarai motor.<br />Tidak sempat ku angkat. Dari Feri. Ku coba menelpon balik tapi tak berhasil.<br />Ku ikuti senam di halaman kantor dengan setengah cemas.<br />Tak lama kemudian ku terima sms. Dari Feri. Isinya:<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">"Telah berpulang ke rahmatullah, sahabat SMP dan SMA kita, Zefri, dini hari tadi"</span><br />Aku membalas:<br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Padahal 2 hari yang lalu dia nelpon dan bercerita tentang gitar yang masih dirawatnya dengan baik"</span><br />Balasan Feri:<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">"Subhanallah"</span><br /><br />Aku termenung cukup lama.<br />Tidak sampai 1 jam, ponselku berdering. Feri.<br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Assalamu'alaikum Bat"</span>, lebih dulu aku menyapa. Kami biasa memanggil 'Sobat" satu sama lain.<br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">"Wa'alaikum salam. Bat, aku kan mau pulang ke Berandan. Terus aku nelpon Taufik. Rencananya ngajak dia takziyah kalo dia udah sehat"</span><br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Oh, ya. Sobat kan pernah cerita kalo dia sakit"</span><br /><span style="color: rgb(0, 102, 0);">"Itulah, Bat. Tadi yang ngangkat ibunya. Ibunya bilang, Loh, gak dengar kabar? Taufik udah wafat 40 hari"</span><br />Subhanallah....<br /><br />Butir airmataku jatuh.....<br /><br />Mereka juga telah pergi menyusul Nursal, yang wafat beberapa bulan sebelumnya.<br />Taufik wafat karena paru-paru.<br />Zefri wafat karena ginjal kronis akut. Ini ku ketahui setelah menelpon adikku.<br />Sementara wafatnya Nursal masih menyimpan banyak tanda tanya bagiku.<br />Mereka semua masih muda.<br />Bahkan belum menaiki jenjang pelaminan, hal yang sempat aku guraukan kepada Zefri 2 hari yang lalu.<br /><span style="color: rgb(102, 0, 0);">"Kamu masih nunggu Santi, Zef"</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">"Ah, itu masa lalu"</span><br /><br />Bayangan demi bayangan melintas di mataku. Kebersamaan penuh keceriaan yang kami lewati selama 6 tahun. Peristiwa demi peristiwa kembali diputar bagaikan film dokumenter. Seolah-olah aku sedang di depan layar lebar sebuah bioskop. Diiringi sebaris lagu Iwan Fals: "<i>Satu per satu sahabat pergi, dan tak kan pernah kembali</i>"<br /><br />Selamat jalan sahabat...<br />Kalian yang semasa SMP dulu menyemangatiku untuk menulis puisi<br />Kini....<br />Aku bahkan kehilangan banyak kata<br />Untuk menggambarkan dengan tepat kesedihanku....Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-38190707009719762312008-07-01T18:51:00.000+07:002008-07-01T19:58:12.989+07:00Pengalaman Ke Hongkong dan Shenzhen (Bagian 1)Udah lama gak posting. Jadi kagok juga.<br /><br />Ini foto2 saya saat jalan2 ke Hongkong dan Shenzhen.<br /><br /><br /><p style="visibility: visible;"><object type="application/x-shockwave-flash" data="http://widget-6f.slide.com/widgets/slideticker.swf" style="width: 426px; height: 320px;" width="426" height="320"><param name="movie" value="http://widget-6f.slide.com/widgets/slideticker.swf"><param name="quality" value="high"><param name="scale" value="noscale"><param name="salign" value="l"><param name="wmode" value="transparent"> <param name="flashvars" value="cy=ms&il=1&channel=2738188573443415663&site=widget-6f.slide.com"></object></p><p><a href="http://www.slide.com/pivot?cy=ms&at=un&id=2738188573443415663&map=1" target="_blank"><img src="http://widget-6f.slide.com/p1/2738188573443415663/ms_t016_v000_s0un_f00/images/xslide1.gif" ismap="ismap" border="0" /></a> <a href="http://www.slide.com/pivot?cy=ms&at=un&id=2738188573443415663&map=2" target="_blank"><img src="http://widget-6f.slide.com/p2/2738188573443415663/ms_t016_v000_s0un_f00/images/xslide2.gif" ismap="ismap" border="0" /></a> <a href="http://www.slide.com/pivot?cy=ms&at=un&id=2738188573443415663&map=F" target="_blank"><img src="http://widget-6f.slide.com/p4/2738188573443415663/ms_t016_v000_s0un_f00/images/xslide42.gif" ismap="ismap" border="0" /></a></p><p></p><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div align="center"><embed type="application/x-shockwave-flash" src="http://www.slideroll.com/player.php?s=h0kzpw6m" id="slideshow" base="http://www.slideroll.com" wmode="transparent" salign="tl" scale="noscale" width="360" height="280"></embed><br /><a href="http://www.slideroll.com/">Create a Free Slideshow</a></div><br /><br /><br /><br /><br /><br />Saya rasa bangsa kita harus lebih serius menangani pariwisata.<br />Minyak kita akan segera habis. Begitu pula bahan tambang lainnya.<br />Hutan kita sudah hampir punah, yang menjadi salah satu sumber malapetaka banjir, longsor, bahkan ikut andil dalam pemanasan global.<br /><br />Berkaca pada Hongkong yang dikunjungi jutaan wisatawan per bulannya, maka dunia pariwisata kita harus segera berbenah.<br /><br />Saya bertanya pada Anda:<br />Jika Anda seorang wisatawan asing yang sedang berkunjung ke Jakarta, apa yang Anda harapkan?<br />Saya akan mencoba membuat urutannya:<br /><ol><li>Rasa aman. Berjalan sendirian saat tengah malam di Hongkong bukan hal yang menakutkan. Lakukan hal yang sama di Jakarta. Wow!!! </li><li>Rasa nyaman. Privacy! Sering kita gak ingin ketenangan kita diusik. Baik oleh pengamen, peminta-minta, bahkan tatapan heran atau sinis dari orang2 di sekitar kita.</li><li>Fasilitas. Toilet yang bersih dan gratis di tempat2 yang strategis. Kalo Jakarta, ya, agak lumayanlah. Juga angkutan. Jangan sampe ada macet yang membuat orang stress.<br /></li><li>Kebersihan. Susah untuk nyari sampah di Hongkong. Jalan, trotoar, emperan toko, semuanya tampak bersih.</li></ol><br />Mungkin Anda masih punya tambahan?<br /><br />Oke, kembali ke Laptop.<br />Kita punya banyak objek wisata yang menakjubkan. Hanya sangat disayangkan tidak dikelola dengan baik.<br /><br />Saya masih ingat betul saat berkunjung ke Bukittinggi tahun 1996. Saat itu masih berlaku sanksi (denda) bagi yang membuang sampah sembarangan.<br /><br />Sekarang coba tengok kondisi kota peraih Adipura ini. Bahkan sampah bertumpuk di sekeliling tugu Adipura.<br /><br />Kebanyakan masyarakat kita juga tidak memiliki kesadaran wisata.<br />Premanisme adalah musuh nomor satu pariwisata.<br />Sungguh sayang, penduduk setempat yang merasa "hebat" dengan menjadi "tukang palak".<br />Berapa ribu rupiah yang berhasil ia kumpulkan per hari?<br />Bandingkan dengan berapa juta rupiah yang lari karena wisatawan menjadi jera berkunjung ke kota mereka?<br />Demikian pula pengamen yang meminta imbalan dengan paksa.<br /><br />Belum lagi sikap supir angkutan yang mencoba meraih "untung besar sesaat".<br /><br />Saya pernah menyaksikan supir angkot di Medan yang mencoba menipu turis asing dengan menaikkan ongkos dua kali lipat. Sang turis marah2, karena sebetulnya mereka punya panduan lengkap tarif angkutan.<br /><br />Saya cuma bisa geleng2 kepala. Sang supir tanpa sepengetahuannya telah kehilangan lebih banyak rupiah yang seharusnya bisa ia dapatkan di bulan-bulan berikutnya.Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-47406326039073858942007-09-06T15:24:00.000+07:002008-06-23T20:28:54.828+07:00HATI-HATI PASANG IKLAN<div style="text-align: center;"><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i168.photobucket.com/albums/u195/irfanfauzi/Hadist_dan_Iklan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 389px; height: 221px;" src="http://i168.photobucket.com/albums/u195/irfanfauzi/Hadist_dan_Iklan.jpg" alt="" border="1" /></a><br /></div><br /><span style="font-size:130%;"><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Apa sih istimewanya gambar ini?</span><br /><div style="text-align: left;">Gambar ini merupakan print screen dari <a href="http://van.9f.com/hadis/kelebihan_ramadan.htm">KELEBIHAN RAMADHAN</a>.<br /></div><br />Ceritanya nih, saya lagi nyari2 hadits karena pengen bikin postingan tentang sedekah.<br /><br /><a href="http://www.google.com/">Googling</a> dengan beberapa kata kunci, nyampe ke <a href="http://van.9f.com/hadis/index.htm">halaman ini</a>. Bagus sih, isinya memang melulu <a href="http://van.9f.com/hadis/index.htm">hadits</a>.<br /><br /><span style="color: rgb(204, 102, 0);font-size:130%;" >Tapi iklannya itu loh, gak hadits banget..!!!</span><br /><strike>Atau mungkin adminnya pengen nunjukin beberapa contoh wanita yang tidak layak ditiru seorang muslimah?</strike><br /><br />Saya tidak munafik, bahwa kadang saya senang juga hunting Adult Content.<br /><br />Cuma ini lain soal.<br /><br /><span style="font-size:130%;">Tak ubahnya seperti kita harus menjaga topik perbincangan saat berada di Masjid.</span><br />Saya menahan dongkol melihat iklan seperti itu bergandengan letaknya dengan sabda Rasulullah saw yang mulia.<br /><br />Bagi rekan2 yang pengen pasang iklan di web atau blog, saya sangat mendukung.<br />Tapi pilihlah yang sesuai.<br />Apalagi situs yang fokus pada masalah agama.<br />Bagaimanapun masalah keyakinan merupakan hal yang sensitif.<br /><br /><u style="color: rgb(153, 0, 0); font-weight: bold;">Update</u><span style="color: rgb(153, 0, 0); font-weight: bold;">:</span><br /><span style="color: rgb(102, 255, 255);font-family:arial;" >Menyimak komentar </span><a style="color: rgb(102, 255, 255); font-family: arial;" href="http://alixwijaya.com/">aLe</a><span style="color: rgb(102, 255, 255);font-family:arial;" > pada postingan ini, saya baru sadar telah keliru dengan terlalu cepat nge-judge admin situs yang bersangkutan.</span><br /><span style="color: rgb(102, 255, 255);font-family:arial;" >Dan memang langkah yang paling tepat adalah menghubungi sang admin dan menganjurkan untuk pindah hosting.</span><br /><span style="color: rgb(102, 255, 255);font-family:arial;" >Thank's aLe atas masukannya.</span></div>Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com27tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-86016011534606503812007-09-01T16:18:00.000+07:002007-09-01T16:43:04.906+07:00JENGKOL"Suka Jengkol?" tanya almarhumah istri saya saat itu.<br />"Nggak. Tapi kalo kamu suka silahkan aja masak. Gak masalah selagi tidak menyisakan bau mulut atau polusi udara di kamar mandi"<br />Dia tersenyum. Dan tidak pernah memasak biji <em>Pithecollobium labatum</em> tersebut selama kami berumah tangga.<br /><br />Mungkin Nyonya-nyonya penggemar jengkol akan protes kalo saya posting ini.<br />Tak ubahnya seperti memperingatkan bahaya tembakau pada tuan-tuan penggemar rokok (alhamdulillah, saya pun tidak termasuk kelompok ini).<br /><br />Dan kalo saya memperingatkan perihal bakti istri pada suami, tentu Nyonya-nyonya ini akan membalas dengan tuntutan kasih sayang suami yang termasuk di dalamnya tidak melarang mengkonsumsi makanan kegemaran mereka.<br /><br />Sampai di titik ini saya menjadi bingung sendiri.<br />Mungkin hanya kebetulan saya bukan perokok yang kemudian beristrikan wanita yang hanya menyenangi jengkol, tapi bukan penggemar berat.<br /><br />Lagi pula tidak semua kaum hawa senang makan jering (sebutan lain jengkol) dan banyak pula kaum bapak yang menyenanginya.<br />Sebagaimana tidak semua pria merupakan perokok, dan faktanya banyak pula wanita yang senang mengepul-ngepulkan asap lewat mulut dan hidungnya.<br /><br />Nah, lo. Tau begitu kenapa bikin postingan ini?<br />Mungkin karena sedikit kesal. Alinea pertama postingan ini gak akan pernah berulang.Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-19056163478785283882007-08-25T16:03:00.000+07:002008-06-20T17:56:42.152+07:00PUISI<blockquote><span style="color: rgb(204, 102, 204);">apakah yang kau pikirkan</span><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);">saat kita bersama yang lain</span><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);">menatap purnama</span><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);">di sela-sela mega</span><br /><br />-----<br /><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);">aku tak dapat mewakilkan perasaanku</span><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);">pada bintang, angin atau perlambang yang lain</span><br /><br />-----<br /><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);">ah...</span><br /><span style="color: rgb(204, 102, 204);"> mengapa awan tak juga beranjak</span><br /><br />-----</blockquote><br /><br />Saya tak bisa mengingat puisi tersebut secara utuh.<br />Dan saya pun tak menemukan surat yang berisikan puisi tersebut di antara tumpukan surat2 milik almarhumah istri saya.<br /><br />Tapi saya tetap mengingat puisi tersebut, yang entah bagaimana bisa begitu menghanyutkan perasaan almarhumah saat itu hingga sudi menerima saya.<br />Dan setelah kepergiannya kemudian saya sesali.<br /><br />Mengapa kamu jatuh cinta, Sayang?<br />Benarkah engkau bahagia sebagaimana pengakuanmu tiap kali kutanya?<br />Dengan segala beban hidup kita dalam kemiskinan?<br />Terutama dirimu yang mengandung buah hati kita, yang pada akhirnya tak juga dapat terselamatkan.<br /><br />Ah, kau Puisi...<br />Benarkah engkau yang berbisa?Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-7932237581645077197.post-18946427695006603962007-08-25T13:44:00.000+07:002008-06-20T18:00:36.254+07:00TERLALU BERLEBIHANSuatu hari di rumah makan<br /><br /><span style="color: rgb(255, 102, 102);">"Ayo dong Fan, sesekali dicoba"</span><br />Karena sebel berulangkali ditawari minum es dan teman2 gak juga bosan mendengar alasan bahwa hidung saya akan segera mampet bila mencobanya, maka dengan agak kasar saya menjawab:<br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">"Minuman ini halal bagi kalian, tapi tidak untuk saya!!"</span><br />Teman2 saya tertegun sejenak, sampai ada yang yang bergumam:<br /><span style="color: rgb(255, 102, 102);">"Ah, kamu terlalu berlebihan!"</span><br /><br />Karena merasa benar, beberapa hari kemudian saya menyempatkan dialog dengan rekan kerja yang juga seorang ustadz.<br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">"Buya, apa pendapat Buya tentang ayat: Makanlah yang halal lagi baik?"</span><br /><span style="color: rgb(153, 0, 0);"><br /><span style="color: rgb(255, 102, 102);">"Fi'il amr. Kenapa?"</span><br /><br /></span><span style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="color: rgb(153, 255, 255);">"Artinya kalo kita langgar berdosa?"</span><br /><br /></span><span style="color: rgb(153, 0, 0);"><span style="color: rgb(255, 102, 102);">"Iya"</span><br /><br /></span><span style="color: rgb(0, 102, 0);"><span style="color: rgb(153, 255, 255);">"Sekarang begini, saya gak bisa makan ikan sarden kaleng karena kalo saya makan saat siang, malamnya saya gak akan bisa tidur karena diganggu asam urat.</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">Saya juga gak bisa minum es karena hidung saya akan segera mampet karenanya.</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">Setelah saya tahu bahwa keduanya sangat tidak baik bagi saya, bukankah berdosa jika saya tetap mengkonsumsinya?</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">Lagipula ayat lain dalam Quran juga melarang kita untuk menganiaya diri sendiri."</span><br /><br /></span><span style="color: rgb(255, 102, 102);">"Alasan kamu benar"</span><br /><br />Saya pun puas mendapat dukungan sang ustadz.<br /><br />Tapi beberapa hari kemudian saya seperti mendapatkan sesuatu dalam renungan saya.<br />Saya marah pada diri sendiri<br /><br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">"Irfan, bukankah dahulu kau terlahir dengan sempurna?</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">Kemudian tumbuh dewasa.</span><br /><span style="color: rgb(153, 255, 255);">Tapi kau tidak menjaga raga yang diamanahkan kepadamu hingga kemudian raga ini mulai rusak oleh berbagai penyakit."</span><br /><br />Saya pun menginsyafi diri.<br />Betapa saya biasa begadang hanya untuk hal2 tak bermanfaat semisal baca cerita silat atau main PC Games.<br />Betapa saya malas berolah raga.<br />Betapa dahulu saya tidak pernah peduli pada menu yang saya lahap.<br /><br />Kenapa saya sampai harus berkata kasar pada teman2 saya, padahal saya telah sejak lama mengabaikan kesehatan diri sendiri.<br />Dan baru mulai sadar saat berbagai penyakit mulai menggerogoti tubuh.<br /><br />Ah, benar kata teman2.<br /><span style="font-weight: bold;">Saya terlalu berlebihan.</span>Irfanhttp://www.blogger.com/profile/18027364739618092686noreply@blogger.com2