JENGKOL
"Suka Jengkol?" tanya almarhumah istri saya saat itu.
"Nggak. Tapi kalo kamu suka silahkan aja masak. Gak masalah selagi tidak menyisakan bau mulut atau polusi udara di kamar mandi"
Dia tersenyum. Dan tidak pernah memasak biji Pithecollobium labatum tersebut selama kami berumah tangga.
Mungkin Nyonya-nyonya penggemar jengkol akan protes kalo saya posting ini.
Tak ubahnya seperti memperingatkan bahaya tembakau pada tuan-tuan penggemar rokok (alhamdulillah, saya pun tidak termasuk kelompok ini).
Dan kalo saya memperingatkan perihal bakti istri pada suami, tentu Nyonya-nyonya ini akan membalas dengan tuntutan kasih sayang suami yang termasuk di dalamnya tidak melarang mengkonsumsi makanan kegemaran mereka.
Sampai di titik ini saya menjadi bingung sendiri.
Mungkin hanya kebetulan saya bukan perokok yang kemudian beristrikan wanita yang hanya menyenangi jengkol, tapi bukan penggemar berat.
Lagi pula tidak semua kaum hawa senang makan jering (sebutan lain jengkol) dan banyak pula kaum bapak yang menyenanginya.
Sebagaimana tidak semua pria merupakan perokok, dan faktanya banyak pula wanita yang senang mengepul-ngepulkan asap lewat mulut dan hidungnya.
Nah, lo. Tau begitu kenapa bikin postingan ini?
Mungkin karena sedikit kesal. Alinea pertama postingan ini gak akan pernah berulang.
"Nggak. Tapi kalo kamu suka silahkan aja masak. Gak masalah selagi tidak menyisakan bau mulut atau polusi udara di kamar mandi"
Dia tersenyum. Dan tidak pernah memasak biji Pithecollobium labatum tersebut selama kami berumah tangga.
Mungkin Nyonya-nyonya penggemar jengkol akan protes kalo saya posting ini.
Tak ubahnya seperti memperingatkan bahaya tembakau pada tuan-tuan penggemar rokok (alhamdulillah, saya pun tidak termasuk kelompok ini).
Dan kalo saya memperingatkan perihal bakti istri pada suami, tentu Nyonya-nyonya ini akan membalas dengan tuntutan kasih sayang suami yang termasuk di dalamnya tidak melarang mengkonsumsi makanan kegemaran mereka.
Sampai di titik ini saya menjadi bingung sendiri.
Mungkin hanya kebetulan saya bukan perokok yang kemudian beristrikan wanita yang hanya menyenangi jengkol, tapi bukan penggemar berat.
Lagi pula tidak semua kaum hawa senang makan jering (sebutan lain jengkol) dan banyak pula kaum bapak yang menyenanginya.
Sebagaimana tidak semua pria merupakan perokok, dan faktanya banyak pula wanita yang senang mengepul-ngepulkan asap lewat mulut dan hidungnya.
Nah, lo. Tau begitu kenapa bikin postingan ini?
Mungkin karena sedikit kesal. Alinea pertama postingan ini gak akan pernah berulang.
Comments
Mungkinkah???
(dalam rangka kunjungan balik)
wassalam
tx dah mampir ya...
@budak bengkalis: memang selain durian di Bengkalis banyak jengkol jugo? Alamak!! He he he...
@Ocha, Thank's do'anya. Tapi salah persepsi. Saya nikah lagi tahun lalu. Justru itulah maka saya tahu bahwa alinea pertama gak akan pernah berulang.
@zoel: bener banget.
@detra: thank's udah mampir.
@cassava: iya. Sama2 bau.
@Nanien: skrg udah ada shoutbox.
@david: wah, saya belum pernah nyoba tuh, jengkol balado.
@Mbak Bintang, gak doyan atau karena di Ruwais Emirat Arab susah nyarinya? He he he..
@arqi mother & father & @cempluk, thank's. Semangat!!!
@Astaqauliyah: Thank's pujiannya. Thank's juga widget recent commentnya.
berhenti membanding2kan, ah..
gak boleh tuh! ^.^ gimana pun cerita dan keadaannya, kalau mas udah mutusin untuk hidup bareng, harus (mau nggak mau) harus diterima dengan ikhlas. ^.^ hihihi.. sotooyyy!!
atoo.. nikah lagi aja, mas.. hahahaha.. ampuuunnnnn!!!
*buruburukabur*