Elegi Tiga Sahabat

Kamis pagi 5 Februari 2009 ponselku berdering;
"Halo, ini dengan Muhammad Irfan Fauzi?", demikian suara di seberang sana.
"Ya", jawabku. "Dengan siapa ya?"
"Ini dari Mabes Polri, nama Anda ada dalam database kami sebagai pelaku tindak kriminal". Kemudian terdengar tawa tertahan.
"Apa kabarmu Fan? Udah punya istri?"
"Udah!"
"Udah punya anak?"
"Udah!"
"Anak berapa?"
"Satu, mau dua!"
Saat aku mengucapkan 'mau dua' suara di seberang sana bertanya, "Istri berapa?" sehingga seolah-olah jawaban 'mau dua' sebagai jawaban "Istri berapa?"
"Apa??? Istrimu dua??"
(Aamiin... balasku dalam hati. Siapa sih nih orang rese banget?)
Akhirnya tuh orang menyebutkan juga identitasnya. Zefri.

Zefri Syahputra.
Teman sekelas saat SMP dan lain kelas saat SMA.

Dia mengaku mendapatkan nomor ponselku dari adikku yang bekerja di rumah sakit.
Kami pun bercerita banyak mengenang kembali masa lalu.
Aku terharu mendengar gitar yang kujual padanya masih terawat dengan sangat baik.

"Fan, udah dulu ya. Nanti ku telpon lagi. Aku sedang sakit nih, mau pasang infus dulu"
5 menit kemudian aku mendapatkan sms berisi alamat rumah dan email. Aku pun membalas sms tersebut dengan alamat rumah, email dan url blog.

Sempat terpikir untuk menelpon adikku untuk bertanya apa sakit yang diidap Zefri. Tapi kuurungkan.

Keesokan hari aku sengaja membuka email dan melihat blog, berharap Zefri mengirim email atau mengisi shoutbox yang kupajang di blog ini.
Tidak ada.
Dan aku terlalu malas untuk lebih dulu menuliskan email, sebab aku masih merangkai-rangkai bahan yang ingin kuceritakan setelah sekian lama kami tak pernah bersua.

Sabtu pagi 7 Februari 2009 ponselku berdering saat aku mengendarai motor.
Tidak sempat ku angkat. Dari Feri. Ku coba menelpon balik tapi tak berhasil.
Ku ikuti senam di halaman kantor dengan setengah cemas.
Tak lama kemudian ku terima sms. Dari Feri. Isinya:
"Telah berpulang ke rahmatullah, sahabat SMP dan SMA kita, Zefri, dini hari tadi"
Aku membalas:
"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Padahal 2 hari yang lalu dia nelpon dan bercerita tentang gitar yang masih dirawatnya dengan baik"
Balasan Feri:
"Subhanallah"

Aku termenung cukup lama.
Tidak sampai 1 jam, ponselku berdering. Feri.
"Assalamu'alaikum Bat", lebih dulu aku menyapa. Kami biasa memanggil 'Sobat" satu sama lain.
"Wa'alaikum salam. Bat, aku kan mau pulang ke Berandan. Terus aku nelpon Taufik. Rencananya ngajak dia takziyah kalo dia udah sehat"
"Oh, ya. Sobat kan pernah cerita kalo dia sakit"
"Itulah, Bat. Tadi yang ngangkat ibunya. Ibunya bilang, Loh, gak dengar kabar? Taufik udah wafat 40 hari"
Subhanallah....

Butir airmataku jatuh.....

Mereka juga telah pergi menyusul Nursal, yang wafat beberapa bulan sebelumnya.
Taufik wafat karena paru-paru.
Zefri wafat karena ginjal kronis akut. Ini ku ketahui setelah menelpon adikku.
Sementara wafatnya Nursal masih menyimpan banyak tanda tanya bagiku.
Mereka semua masih muda.
Bahkan belum menaiki jenjang pelaminan, hal yang sempat aku guraukan kepada Zefri 2 hari yang lalu.
"Kamu masih nunggu Santi, Zef"
"Ah, itu masa lalu"

Bayangan demi bayangan melintas di mataku. Kebersamaan penuh keceriaan yang kami lewati selama 6 tahun. Peristiwa demi peristiwa kembali diputar bagaikan film dokumenter. Seolah-olah aku sedang di depan layar lebar sebuah bioskop. Diiringi sebaris lagu Iwan Fals: "Satu per satu sahabat pergi, dan tak kan pernah kembali"

Selamat jalan sahabat...
Kalian yang semasa SMP dulu menyemangatiku untuk menulis puisi
Kini....
Aku bahkan kehilangan banyak kata
Untuk menggambarkan dengan tepat kesedihanku....

Comments

Popular posts from this blog

RAMALAN INFOTAINMENT

HATI-HATI PASANG IKLAN

JENGKOL